Tuesday, July 31, 2007

ANGKA 3 DI ULTAH TEMAN SAYA

Pesta ultah malam ini sungguh meriah.
Senyum dan tawa tampak menghiasi wajah sahabat saya disepanjang acara yang memang diselenggarakan khusus untuknya. Sayapun ikut lebur dalam keceriaan malam itu, hingga malam semakin menjauh dan pestapun harus segera diakhiri.
“Sebenarnya aku benci hari ini wie. Tanggal 3 dan 33 tahun umurku, tapi masih belum juga diberi kesempatan untuk menikah.”

Saya terperangah sesaat mendengar kalimat sang sahabat tersebut, wajah kekar yang beberapa saat lalu penuh dengan keceriaan mendadak menjadi sendu. Haru, itu yang saya rasakan kala itu hingga tak mampu untuk berkata-kata, hanya tepukan halus dipundaknya lah yang mengisyaratkan bahwa saya peduli dengan kondisinya.

Benci, sedih, marah, dan bahagia bukanlah sebuah perasaan, tapi sebuah pemikiran. Suatu kali seorang teman pernah berkata demikian kepada saya, dan ternyata saya sepakat dengan pernyataannya.

Ketika harus kehilangan kedua orangtua yang sangat saya cintai dalam waktu yang berdekatan, sebagai anak bungsu tersayang tentunya saya sangatlah sedih. Siapa lagi yang akan menyambut dengan sukacita disetiap kepulanganku? Siapa pula tempat aku berbagi cerita tentang banyak hal yang menggembirakan? Siapa lagi yang akan menerima limpahan hadiah dan oleh-oleh hasil jerih payahku ini? Dan jawabannya hanya melulu airmata, karena pada saat itu yg ada dipikiran saya adalah TIDAK ADA! Tidak ada lagi yang akan menyambutku dengan teriakan kecil dan peluk hangat didepan pagar rumah, cerita-cerita menggembirakan ditanah rantau pun tidak ada lagi yang akan menampungnya, bahkan uang THR inipun tidak tahu hendak dibelanjakan untuk siapa lagi.

Sampai kemudian saya menjadi tersadar sendiri bahwa tidak ada rumus “Abadi” hidup di dunia ini. Sekarang atau nanti toh saya akan kehilangan siapapun dan apapun yang saya miliki. Jadi, kenapa harus sedih berkepanjangan? Meskipun tidak ada lagi yang akan menyambut kepulanganku dengan hangat di depan pagar rumah, tapi aku masih punya 6 pagar rumah yang lain yang akan menyambut kedatanganku dengan tidak kalah hangatnya. Bahkan cerita-ceritaku kali ini akan semakin seru karena semakin banyak orang yang akan mendengar dan menanggapinya. Uang THR inipun akan semakin bermanfaat karena akan dipergunakan dengan lebih benar lagi. Ya! Saya memang tidak punya orangtua lagi, tapi sebagai gantinya kakak saya yang berjumlah 6 orang menjelma menjadi orangtua baru bagi saya. Dan perubahan pikiran inilah yang membuat saya tidak bersedih lagi.

Lahir, menikah, mati, bukanlah sebuah urutan dalam hidup. Banyak orang hanya sempat menikmati lahir dan kemudian mati tanpa sempat menikmati indahnya sebuah pernikahan. Dan sebagai manusia, kita tidak memiliki kewenangan untuk menentukan ketiga urutan tersebut, karena kewenangan itu mutlak milik Tuhan. Mengutip tulisan seorang sahabat bahwa “manusia tak pernah akan bisa memilih kapan, dimana, sebagai apa, dan bagaimana akan dilahirkan. Sudah barang tentu juga tak bisa menjawab kapan, dimana, dan bagaimana akan mati.” Untuk itu, segala kewenangan yang bukan menjadi milik kita biarlah Tuhan yang mengerjakan dan menyelesaikannya. Tugas kita hanyalah bagaimana bisa menjalani hidup ini dengan bahagia. karena kebahagiaan selalu membawa efek-efek yang positif, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar kita.

Dan untuk menjadi bahagia, kuncinya hanya satu, IKHLAS....

2 comments: