Wednesday, December 17, 2008

MENIKAHLAH DENGANKU

Si gadis sontak memerah kala lelaki itu melontarkan kata-kata tersebut. Senang dan bimbang bergejolak jadi satu. Senang karena sebagai seorang wanita tentunya hal tersebut sangat menyentuh perasaan. Diajak menikah dengan seseorang yang dicintai adalah suatu kehormatan tersendiri, permintaan yang tak tergantikan dengan berjuta keindahan yang lain. Namun usia yang masih belum cukup matang membuat si gadis bimbang. Bimbang karena masih belum yakin apakah lelaki tersebut adalah yang terbaik untuknya. Ataukah masih ada lelaki lain diseberang waktu yang ternyata lebih baik lagi untuk dia anggukkan kepala kala kata ajakan tersebut terlontar.

Dan, si gadis memilih untuk menunggu waktu yang menurutnya tepat. Sembari menanti lelaki lain diseberang waktu yang mungkin ada. Kemudian pergilah sang lelaki tersebut, meninggalkan si gadis yang sesaat tertegun sedih.

Namun ternyata ketertegunan itu tidak sesaat, berkepanjangan, bahkan bertahun-tahun lamanya kesedihan masih bergelayut di wajah cantik si gadis. Aku bodoh! Kenapa tidak aku terima tawaran menikah itu sehingga tidak perlu kehilangannya. Kehilangan lelaki yang ternyata teramat dia cintai dan dia butuhkan untuk menemani sisa harinya di dunia ini. Semakin sedih lagi kala si gadis tahu bahwa beberapa lelaki yang dia temui diseberang waktu ternyata belum ada yang bisa menggantikan sosok si lelaki. Sosok ideal yang dia harapkan sebagai penanam benih di rahimnya kelak.

Nasi sudah menjadi bubur, dan si gadis harus mulai sadar dengan keadaan yang ditawarkan. Melupakan si lelaki dan mulai menyambut kehadiran yang lain, atau diam terpaku di depan pintu kebahagiaan yang telah tertutup untuknya.

Memilih yang lain. Itulah akhirnya yang menjadi pilihan si gadis, kala dia menemukan sosok unik yang lain. Sosok yang bisa membuatnya terlupa akan segala kesedihan di masa lampau. Sosok yang kemudian dengan berjalannya waktu juga menyampaikan kata keramat yang sama,

“MENIKAHLAH DENGANKU”

Sontak si gadis menganggukkan kepala, merangkul penuh haru lelaki tersebut, dan menulis sebuah janji dalam hati bahwa tak akan dia sia-siakan tawaran si lelaki dengan menyia-nyiakan kehidupan mereka berdua kelak. Ya! Belajar dari pengalaman, si gadis tak lagi bimbang dan menunggu sesuatu di ujung waktu yang belum jelas ujudnya. Si gadis sudah cukup merasa nyaman berada disamping lelaki yang ini, dan itu sudah cukup buatnya.

Namun ternyata, garis hidup berkata lain.

Mereka berdua tak pernah melaju ke jalan pelaminan. Janji yang tertulis, kandas di hantam sebuah ombak perbedaan yang tak bisa ditoleransi oleh kokohnya karang cinta.

Dan belajar dari pengalaman lagi, si gadis tak mau berdiam diri terlalu lama di pintu kebahagiaan yang telah tertutup paksa untuknya. Dia segera pergi dan berlalu dari situ, dan mulai menemui lelaki-lelaki lain lagi diseberang waktu.


Banyak, teramat banyak bahkan yang datang kepadanya. Namun tak satupun yang bisa menggetarkan hati si gadis. Bukan karena dia masih terbelenggu oleh sosok di masa lampau, namun si gadis mulai selektif.

Lelaki satu, baik, kaya, namun termasuk pria manja. Dan si gadis tak menyukainya, maka beralihlah dia.

Lelaki kedua, baik, tidak manja, tidak romantis. Si gadis masih berlalu

Lelaki ketiga, baik, romantis, tidak manja, tidak juga kaya. Si gadis tetap berlalu

Lelaki ke empat, baik, romantis, tidak manja, kaya, namun tidak dewasa. Dan….. si gadis…. Mulai merasa lelah.

Terpekur sendiri disepinya waktu.

Haruskah aku bersyukur atau menyesal???

Disyukurinya bahwa hingga detik ini dia bahkan tak pernah benar-benar tahu apa itu arti tidak dicintai. Namun kenapa lelaki-lelaki yang datang itu selalu sosok yang bukan dia inginkan?? Kenapa pada saat dia sudah menemukan sesuatu yang pas, tetap saja itu harus terenggut darinya??

Si gadis terdiam, mencoba mencari sendiri akan jawaban pertanyaannya itu.

Hingga akhirnya dia menemukan jawab tersebut.

Yang harus aku sesali adalah kebodohanku sendiri. Kebodohan yang tidak pernah melihat sesuatu dengan hati. Kala hati berdengung keras mengatakan tentang pilihannya, dia abaikan hanya karena sebuah pemikiran yang didasari oleh pandangan kasat mata yang serampangan dalam menentukan sebuah nilai. Bukankah Tuhan memberikan sesuatu itu atas dasar apa yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan oleh umatnya? Karena Tuhan pulalah yang paling tahu apa yang menjadi kebutuhan sang umat tersebut.

No body’s perfect rite?

Kemudian berkacalah si gadis di sebuah cermin kejujuran, dan ditemukan banyak kekurangan dalam dirinya. Teramat banyak malah. Jadi, sangat tidak fair jika si gadis kemudian menuntut sebuah kesempurnaan dibalik kekurangan diri yang sangat banyak itu.

Aah… sekarang aku tahu jawabnya!

Sebuah jawab yang kelak disampaikan kepada lelaki itu kala berucap,

MENIKAHLAH DENGANKU!


Ps : aku dedikasikan buat seorang kawan yang masih ragu akan kata hatinya. Hidup terlalu indah untuk diisi dengan printilan-printilan masalah yang tidak penting untuk dibahas sob!

Monday, December 15, 2008

RINDU BULAN KEPADA BINTANG



Kenapa sang bulan selalu ingin tahu kemana bintang pergi
Jika kemunculan bintang tak begitu berarti?

Kenapa sinar bulan menjadi redup tanpa kilau bintang
Jika memang kehadiran bintang tak benar ditunggu?

Lalu, kenapa juga sang bulan merasa rindu sapa ramah bintang
Jika kebersamaan dengan bintang tak lagi dinanti?

Bintang, apapun yang dikatakan sang bulan tentangnya,
Keduanya sama-sama tahu

Bahwa cinta itu memang indah untuk diutarakan…


Thursday, December 11, 2008

THE DANCE

#the dance…. I would have miss the dance….


Dan semenjak mendengarkan lagu itu, kecintaanku terhadap segala jenis musik mulai berubah.

Dulu, semua musik terasa enak terdengar ditelingaku. Dari jenis musik yang isinya hanya lenguhan-lenguhan ga jelas seperti beberapa lagunya Sepultura, sampai ke Halo Dangdutnya Kak Roma selalu bisa memberikan kontribusi positif dalam menetralisir mood yang sedang tak menentu.

Namun setelah mendengarkan Dave Koz berkolaborasi dengan Bebe Winans membawakan lagu The Dance tersebut, aku mulai berubah haluan.

Lagu-lagu milik Keris Patih, Ungu, Kangen Band, dan grup musik papan atas Indonesia lainnya yang sering diteriakan oleh penggemarnya dengan teriakan “waaw…. Gue bangettt…!” tidak menarik telinga ini untuk ikut serta mengidolakannya. Hanya menikmati sesaat, selebihnya? Berlalu dengan anggun...

Bukan ingin sok jumawa, namun begitulah yang aku rasakan saat ini.

Terlepas dari itu semua, keajaiban musik memang sungguh luar biasa. Musik bisa menghipnotis orang untuk berlaku sesuai dengan ritme yang terdengar. Musik yang menghentak-hentak akan memacu orang untuk bergerak sesuai hentakan musik itu, demikian pula musik yang mengalun lembut dapat menentramkan hati yang sedang bergejolak. Syair lagupun tak kalah berpengaruhnya dalam memainkan emosi seseorang.

Pertanyaan konyol yang kemudian terlintas, jika sebegitu dasyat kekuatan musik dalam mempengaruhi orang, kenapa kita tidak mempergunakannya sebagai senjata dalam mencapai setiap tujuan yang diinginkan? Dengan begitu penggunaan kekerasan bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Perangpun tak perlu berkobar di bumi yang semakin panas ini.

Jika ingin mendapatkan pekerjaan, sampaikan saja dengan nyanyian. Ingin kedudukan, komunikasikan dengan syair yang merdu merayu. Ingin melakukan tawar menawar, utarakan dengan rangkaian melodi dan kata yang enak terdengar, dan seterusnya.

Bayangkan….. ....

Seandainya kondisi itu benar-benar tercipta, seperti saat sang cinta hendak menyuguhkan keagungannya lewat lagu dan kemudian mampu merobohkan tembok keangkuhan dengan seketika. Atau kala sedih menjalar namun segera terobati dengan syair yang istilah gaulnya ‘gue bangeettt..’ karena bisa merepresentasikan kondisi diri sehingga kesedihan tak lagi berarti.
Aaaahh…. Pasti akan indah banget ya…

Tapi permasalahannya tidak semua orang punya bakat mencipta lagu wie!

Ah, bakat itu kan bisa diasah. Itu kan tergantung persepsi seseorang dalam melihat kualitas diri.

Ketika aku mengatakan aku tidak mahir di alat musik, maka kondisi itulah yang tercipta. Padahal saat diajari bermain gitar sama mapus, sekali sentuhan tangannya langsung bisa membuat aku memainkan lagu #sooo kiss me and smile for me….. yaah… meskipun hanya satu lagu itu yang bisa aku mainkan. Selebihnya aku memilih untuk mempersepsikan diri tidak pandai di jenis alat musik apapun.

See???

Itu hanya masalah persepsi diri guys!

So, persepsikan dirimu sebaik mungkin maka kebaikan pula yang akan tercipta dalam dirimu!

SELAMAT BERNYANYI!


# and know I’m glad I didn’t know
the way it all would end
the way it all would go
our lives are better left to change
I could have miss the pain
But I don’t have to miss the dance
I would have miss the dance …#

*kecebur got, keasyikan nyanyi