Sunday, August 12, 2007

INDONESIA? HA..HA..HA..


Halo, nama saya Natasha, nama Indonesia saya Tuti. Alasan saya belajar Bahasa Indonesia karena saya terkesan dengan wisata alamnya….”


“Halo, nama Indonesia saya Yogi, nama Rusia saya Igor. Alasan saya belajar Bahasa Indonesia karena saya menyukai Indonesia. Indonesia itu unik, dengan sejarah perjuangan bangsa yang menarik untuk dipelajari, demikian juga dengan kulturnya.”


Kalimat yang diucapkan dengan aksen Indonesia yang tidak begitu kental dan sedikit terbata-bata tapi cukup lancar bagi seorang Warga Negara Rusia telah menarik perhatian saya. Saya berhenti sejenak pada channel televisi ini, saya ikuti program acaranya yang mengupas tentang keindahan Kota Moscow, Ibukota Rusia.

Berbicara tentang Rusia, mengingatkan saya akan sebuah negara komunis. Sebuah negara yang pada abad ke 20 pernah menguasai 14 negara dari beberapa etnis yang berbeda di kawasan Asia Tengah dan Negeri Balkan, yang kemudian terbentuk menjadi sebuah negara USSR (Uni Soviet Sosialis Republik) atau lebih dikenal dengan sebutan Uni Soviet.

Sebenarnya saya tidak begitu tertarik dengan Sejarah Uni Soviet yang telah berganti nama menjadi Rusia ini, yang menjadi ketertarikan saya sebenarnya adalah para mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Rusia yang mengambil jurusan Bahasa Indonesia ini.

Entah kenapa saya menjadi terharu ketika mendengarkan alasan mereka memilih jurusan tersebut. Rasa haru yang sama ketika saya membaca sebuah forward email tentang kebanggaan Bapak Yohanes mengantarkan anak-anak didiknya menjadi juara olimpiade fisika beberapa waktu yang lalu.

“Indonesia? Hahaha….. Sudah lupa tuh! Gue udah settle di sini wie, kamu ajalah yang pindah ke Phily …” Suatu kali sahabat saya yang tinggal di Philadelphia pernah berkata demikian kepada saya.

Teman saya yang lain menceritakan betapa dia begitu mencintai Stockholm, negara yang penuh dengan keramahan dan kedamaian itu.
“Disini, meskipun penduduknya sebagian besar para manula, tapi kotanya menyenangkan wie. Tenang dan penduduknya ramah-ramah. Tidak seperti Indonesia…. “

teman saya yang lainnya lagi, seorang shopaholic, selalu mencibir barang-barang buatan Indonesia, dia lebih memilih Singapura untuk memenuhi kebutuhan fashionnya. Tahukah dia, bahwa semua barang-barang yang dia beli itu adalah hasil karya bangsanya sendiri?

Sungguh ironis memang melihat kejadian tersebut diatas. Seironis ketika saya mendengarkan idealisme seorang sahabat yang baru saja kembali ke Indonesia setelah mengenyam kenikmatan tinggal di Jerman. Sebuah idealisme membangun bangsa ini, tapi tetap membusungkan dada ketika menceritakan “Jermannya” itu.

Saya hanya tertawa getir menanggapi setiap kalimat dari para sahabat tersebut. Sebuah tawa yang mengisyaratkan kesedihan mendalam. Kemana larinya rasa nasionalisme tersebut? Rasa yang sebenarnya bisa dijadikan modal untuk mewujudkan apa yang sekarang mereka “banggakan” tersebut. Tidakkah mereka ingat tentang sejarah bambu runcing yang membanggakan itu? Atau sudah lupakah mereka bahwa dulu Bangsa Indonesia terkenal pula dengan keramahan penduduknya, juga pemandangan alamnya yang indah? Pemandangan alam yang selalu saja membuat saya berteriak Gees! Allahu Akbar! karena saking terpukaunya dengan keindahan alam yang terpajang didepan mata.

Saya pandangi cermin di hadapan saya ini, kemudian saya menjadi tersadar. Kamu sendiri, apa yang telah kamu berikan buat bangsa ini? Bathin saya berdengung.

Ya! Sebagai Warga Negara Indonesia saya memang belum pernah memberikan sebuah tindakan besar yang membanggakan bagi bangsa yang saya cintai ini. Mungkin hanya sebatas rasa nasionalisme ini yang tersimpan rapi dalam jiwa yang saya punyai. Rasa nasionalisme yang membimbing saya untuk selalu berusaha berlaku laiknya “Orang Indonesia” yang terkenal akan keramahannya, rasa gotong-royongnya, kerukunannya, dan rasa Ketuhannya yang besar itu. Lamat-lamat terdengar suara Steven & Coconuttreez menyanyikan lagu …Welcome to My Paradise…..


Surga itu adalah kamu, Indonesiaku!



Cirebon, Agustus 2006,
Kala keprihatinan mendera...

5 comments:

  1. Indonesia memang belum semaju dan seteratur Philly atau Setokholem, tapi lha mbok nganti metu wudune pecah kutile, rak bakalan di sana ada SEGO KUCING!
    SEGO KUCING rulezz...!!

    ReplyDelete
  2. Betul sekali mbak!

    Orang Indonesia kebanyakan pada buta terhadap negerinya sendiri.

    tulisannya bagus sekali.

    ReplyDelete
  3. Indonesia bisa!!!

    Go Indoensia Go!!

    ReplyDelete
  4. Iya wik, kamu betul sekali. Tulisanmu bagus-bagus ya? Selalu bisa memberi pencerahan baru. Keep writing wik!

    ReplyDelete
  5. Jika semua orang Indonesia mempunyai pemikiran yang sama seperti dirimu, maka negeri ini akan dengan mudah bangkit dri keterpurukan. Artikelnya saya kopas boleh mbak?

    ReplyDelete