Tuesday, February 10, 2009

CINTA DAUN KEPADA SANG POHON


Sudah hampir 4 tahun semenjak perpisahan dengan sang pohon, daun tetap bisa menjalani kehidupannya dengan normal dan baik-baik saja.

Tiupan angin seringkali membawa daun berpindah tempat, dan dimanapun daun singgah, selalu tercipta kehidupan yang menyenangkan. Lingkungan yang selalu menerimanya dengan baik, kawan-kawan baru yang menyenangkan, bahkan sesekali daun hinggap di dahan pohon yang lain untuk memenuhi naluri alamiahnya sebagai sebuah daun.

Hingga suatu kali, saat daun lagi-lagi diterbangkan oleh angin dan jatuh ke lingkungannya semula, daun tetap biasa-biasa saja. Kehidupan yang dijalani tetap saja menarik dan menyenangkan. Keberadaan sang pohon di lingkungan itu tidak benar-benar mempengaruhi kehidupannya. Sesekali mereka saling menyapa, dan terkadang tertawa bersama, namun kemudian kembali sibuk dengan kehidupan masing-masing. Bahkan keberadaan selembar daun lain di dahan sang pohon pun tak berpengaruh apapun terhadap perasaannya.

Apakah daun tak menginginkan sang pohon lagi?

Sepertinya begitu, karena tampak beberapa kali daun terlihat mesra bercengkerama dengan pohon lain. Bahkan daun sudah mulai mengabaikan dan tak menganggap penting lagi tanggal-tanggal keramat mereka berdua. Sesekali daun datang ke sang pohon, namun hanya untuk mengobati kegundahan hatinya akan pohon lain. Daun tidak benar-benar datang untuk sang pohon lagi. Selalu ada tujuan lain yang menyertai kedatangannya.

Hingga suatu hari, entah kenapa seharian itu daun harus disibukkan akan kenangan-kenangan mereka berdua. Kotak surat yang jarang dia sentuh itu tiba-tiba meminta perhatiannya untuk dibersihkan. Surat-surat terdahulunya bersama sang pohon satu persatu dibukanya kembali. Seringkali terlihat senyum mengembang diwajah cantik daun kala membaca ulang surat-surat itu.

Depend on you, kamu kan yang suka maksa .. :p


Thanks to be my counsellor Gde Prama gadungan

miss u

_pohon


Tunjukkin dulu tiketnya lah, nanti duitnya cuman buat beli soto di warung encik2 itu.

Take care ya..

_pohon


Jangan nakal ya.. :p

_pohon


Entah sudah berapa lama daun asik dengan surat-surat itu, dan sepertinya daun tenggelam dengan keasikan itu. Foto-foto yang terkirim diamatinya lagi lebih dalam, senyum sang pohon tampak selalu mengembang. Dan binar matanya… tampak sekali kebahagiaan terpancar disana.

Daun pun kemudian mengamati foto-fotonya sendiri yang terkoleksi bersama tumpukan surat-surat itu. Meskipun dengan banyak gaya, namun satu yang selalu menonjol, binar mata daun! Ah… mata memang benar-benar cerminan hati.

Semua kebahagiaan kala bersama sang pohon terputar kembali. Seringai-seringai nakalnya yang selalu bikin sang pohon tertawa kegirangan, perdebatan-perdebatan kecil yang akan langsung sirna dengan peluk hangat sang pohon, perhatian, cinta, dan kasih sayang yang tersaji telah membuat mereka mampu melalui penatnya hari. Aaah… kehidupan yang benar-benar bahagia dan sempurna.

Daun terpekur sesaat.

Apakah kehidupannya saat ini tidak bahagia dan sempurna?

Bukankah sosok sang pohon telah terhapuskan dengan kehadiran pohon-pohon yang lain? Yang telepon dan kehadiran pohon lain itu selalu dinanti oleh daun, yang saat berdua menghabiskan waktu bersama pohon lain, hari-hari daun terasa lebih mudah untuk dilalui.

Daun masih terpekur…

Aku mungkin hanya senang, belum sebahagia kala aku bersama sang pohon. Tapi apakah bahagia itu penting? Bisa tertawa senang, sepertinya sudah cukup buatku. Bisa melalui hari-hari dengan lebih mudah dan ceria, juga sudah cukup buatku. Toh kebahagiaan itu bisa aku dapatkan dari cara lain. Saat mendengar ada daun lain yang bertengger di dahan sang pohon, daun tanpa sadar ikut bersyukur dalam hatinya. Saat mendengar sang pohon semakin melesat karirnya, daun ikut merasa bersukacita, Dan kabar-kabar bahagia lainnya tentang sang pohon selalu bisa memacu hormon kebahagiaan dalam diri daun.

Menghabiskan waktu bersama pohon lain mungkin belum menimbulkan kebahagiaan buat daun. Namun mendengar dan melihat kebahagiaan sang pohon telah membuat daun bahagia.

Daun pun menjadi tahu, bahwa kebahagiaannya adalah saat melihat sang pohon bahagia. Meskipun kebahagiaan itu tidak harus dilalui bersamanya…

Jakarta, 9 Februari 2009

Tiba-tiba aku sangat merindukanmu

-daun-

Sepenggal tulisan itu telah terkirim ditiup angin kearah sang pohon. Daun tidak peduli apakah sang pohon membaca tulisan itu. Dia hanya ingin merepresentasikan apa yg dia rasa saat itu, sebelum daun benar-benar pergi lagi mengikuti arah angin yang bertiup.

Daun mulai berkemas, bulan ini angin bertiup sangat kencang. Dan daun sudah merasa bahwa tiupan angin itu akan membawanya pergi ke tempat lain lagi.

Saat ada kesempatan untuk pergi, aku justru menemukan alasan untuk tetap tinggal. Kamu…


_Jakarta, di sisahati


note : Daun pergi, karena tertiup angin atau karena pohon tak memintanya untuk tinggal?





*terinspirasi oleh tulisan DAUN, POHON, & ANGIN

Tuesday, February 3, 2009

ZOMBIE, IS THAT YOU?


Kawanku masih saja meracau. Menceritakan segala kegundahannya, tentang sebuah waktu yang tersia-siakan.

+ Berapa lama kamu menyia-nyiakan waktumu seperti ini?

- Baru Satu setengah tahun sih.

+ Hehehe… Baru ya? Berarti kamu termasuk hebat.

- Kok?

+ Jika aku jadi kamu dengan kondisi yang menyiksa bathin seperti itu, mungkin hanya tahan paling lama 3 bulan. Selebihnya akan memilih menjalani hidupku tanpanya.

- Tidak semudah itu wie, selama dalam kurun perjalananku, setelah ayahku meninggal dan aku harus dibebani oleh tanggung jawab di keluargaku, dia telah menggantikan figur ayah yang aku butuhkan.

+ Seberapa banyak dia bisa memberikan kontribusi pada hal tersebut?

- Aku bergantung padanya untuk satu hal itu.

+ Lalu, kenapa kamu mengeluh?

- Aku hanya merasa tertekan dan terkadang merasa lelah dengan cara dia melindungiku yang terlalu berlebihan itu.

+ Masih sanggup menahan lelah dan ketertekanan itu?

- Jujur tidak, tapi… aku takut kehilangan dia. Takut kehilangan tempat bersandar seperti kala aku bersandar kepada ayahku..

+ Hidup adalah pilihan kawan. Kamu bisa mendapatkan tempat bersandar tapi bathinmu tersiksa, atau bathin kamu terbebaskan dari belenggu itu namun kamu harus mencari sandaran ditempat yang lain. The ball is in your hand, so use it wisely.

- aku takut wie.. Jika aku meninggalkannya dan mendadak kebutuhan akan sandaran jiwa itu muncul sementara aku belum menemukan sandaran yang lain… aku pasti akan limbung.

+ Pasti? Kenapa kamu memastikan sesuatu yang bahkan kamu sendiri belum menjalaninya? Itulah yang dinamakan rantai pikiran. Kamu memasang rantai pada pikiranmu sendiri sehingga membelenggu gerak langkahmu. Free your mind dear..

Kawanku terdiam, memainkan ujung bajunya. Dia sedang mencerna kalimatku, dan kubiarkan dia dengan waktunya itu.

Dulu, kala harus memilih meninggalkan kekasih hati karena setitik kesalahannya, aku harus menghabiskan hampir 6 tahun lamanya untuk dapat benar-benar “meninggalkannya”. Dalam setiap pelabuhan hati yang hampir aku singgahi, biasanya aku hanya mengamati dari pinggiran, membandingkan dengan yg lalu, kemudian meninggalkan pelabuhan itu karena merasa tak seperti yang terdahulu. Selalu seperti itu. Tak terhitung berapa banyak pelabuhan yang harus melambai sedih kearah kapal layarku. Hingga kalimat seorang kawan telah menyadarkanku,

“Tak ada pelabuhan yang benar-benar sama persis wie. Jika kamu ingin yang seperti pelabuhan terdahulu, jalan satu-satunya merapatlah kesana kembali.”

Haruskah aku memutar arah kemudi ini kembali ke pelabuhan yang entah sudah berapa jauh aku tinggalkan? Ah…. Egoku berkata tidak! Biarlah aku meneruskan pelayaran ini, meskipun harus sendiri melawan badai rindu yang kerap kali datang & melawan dinginnya udara cinta yang belum juga bisa menghangatkan hati ini. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah mencari pelabuhan hati lain tanpa harus membandingkannya. Melepaskan rantai jangkar yang masih tertinggal di pelabuhan terdahulu & memulai pelayaran ini dengan kebebasan penuh.

Dan… Yihaaaaa….!

Setelah benar-benar bebas berlayar, ternyata aku menemukan pelabuhan yang telah membuatku terpukau. Sebuah pelabuhan dengan kelembutan desau angin yang membuatku terbuai, hangatnya sinar mentari yang membuatku tak takut untuk terbakar, dan eloknya sang senja untuk menemani rebahnya diri ini dipeluk sang malam. Cinta…. Yah! Kurasakan getar-getarnya menyentuh setiap mili dari nadi ini. Pelabuhan ini telah membuatku mencinta lagi! Sebuah cinta yang kemarin sempat aku ragukan masih ada dan tersisa. Cinta yang aku pikir telah tertinggal semua di pelabuhan terdahulu. Aaaaaahhhh….. kubiarkan tiupan lembut sang pawana mengurai bebas rambut ini. Legaaa…. Dada ini terasa longgar untuk menerima asupan udara sebanyak apapun.

Ternyata, untuk menemukan rasa yang menyenangkan seperti ini hanya dibutuhkan keberanian. Sebuah keberanian untuk melalui sesuatu yang bahkan kita tak pernah tahu kondisinya.

Kawan,

Terkadang, bayangan yang ada di pikiran kita itu tak semenakutkan kenyataan. Namun sebagian orang memilih untuk membelenggu pikiran-pikiran mereka dengan terlalu banyak pertimbangan. Alih-alih ingin mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, namun yang didapat hanyalah kehampaan.

Dan kehampaan hidup adalah bentuk nyata dari zombie, alias mayat hidup. Hari-hari yang dilalui hanya untuk menunggu mati yang sebenar mati. Senang, namun tak bahagia. Sedih, namun tak berasa. Sebuah hidup yang teramat sia-sia …

Telah kutanggalkan semua rantai pembelenggu itu, dan aku siap mengarungi hidup dengan lebih berani lagi. Tak hendak meminta bekal apapun, hanya sepenggal waktu untuk menjalaninya. Toh aku aku bukan senapan, yang saat dibutuhkan bisa langsung ditembakkan…

Bagaimana dengan kamu?