Friday, September 14, 2007

P U N D A K


Coba lihat keatas,
Bulannya sungguh cantik ……

Pun kampungku dulu, ketika lincah kaki kecil Mey Lan dan gelak tawa Tarjo kecil

Memadu lir-ilir dan gambang kromo menghiasi bidang tanah kosong di ujung kampungku

Tapi itu dulu!

Ketika sipit mata Mey Lan dan hitam kulit Tarjo tak membuat tanah berdarah-darah

………

Kubaca puisi yang belum sempurna ini. Lumayan kampungan, ga sastrais, dan aku tersenyum sendiri membaca hasil karyaku tersebut. Sungguh, aku memang tidak ahli dalam hal ini, maka puisi ini pun menggantung sampai disitu. Hasrat hati sih ingin membuat puisi tentang cinta terhadap sesama, dan tentang sebentuk egoisme yang bisa menghancurkan. Tapi ternyata malah katro!

Ditengah mati ide tersebut tiba-tiba aku teringat akan sebuah tulisan tentang percakapan seorang Bunda kepada anaknya :

Bunda : Anakku, manakah bagian paling penting dari tubuh kita?
Anak : (sesaat setelah berpikir) Telinga Bunda! Aku pikir suara adalah hal
terpenting bagi manusia, dan untuk bisa mendengarkan suara
tersebut kita harus mempunyai telinga.
Bunda : kurang tepat anakku. Banyak orang mempunyai telinga
tapi mereka tuli. Bahkan beberapa diantara mereka hanya bisa
mendengar tapi tidak bisa mendengarkan.

Sang Anak berpikir lebih keras lagi, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan Bundanya.

Anak : Aku tahu bunda! Penglihatan adalah hal terpenting bagi makhluk hidup,
jadi bagian terpenting dari tubuh kita sudah tentu adalah MATA!
Bunda : Analisa kamu semakin bagus nak, tapi sayang jawabannya kurang tepat.
Banyak orang mempunyai mata tapi mereka tidak pernah
benar-benar bisa melihat.

Sang anak semakin penasaran dengan pertanyaan Bundanya tersebut, dan dia mencoba berpikir lebih keras lagi untuk mencari jawabannya. Tapi jawaban2 tersebut ternyata belum memuaskan bundanya.

Tak terasa waktu terus berlalu, dan si anak masih juga belum menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Bundanya tersebut. Sampai suatu ketika dipemakaman Kakeknya yang meninggal karena serangan jantung, sang anak melihat bundanya menangis, bahkan bukan hanya bundanya, sang ayahpun ikut pula menitikkan air mata. Airmata yang baru dia lihat keluar dari ujung mata ayahnya yang kekar itu. Tapi, bukankah itu hal yang biasa? Mungkin tiap orang juga akan bersedih dan menangis jika ditinggal pergi oleh orang-orang yang disayanginya.


"Anakku, sekarang tahukah kamu bagian mana yang paling penting dari tubuh kita?"

Pertanyaan Bundanya yang diucapkan setengah berbisik itu telah membuat sang anak terkejut. Bunda masih menginginkan jawaban tersebut meski dalam kondisi yang seperti ini? Sang anak tentu saja sedikit syok dengan pertanyaan tersebut, dan kebingungan tergambar jelas di wajahnya. Bundanya menangkap gelagat tersebut.

Bunda : Anakku, pertanyaan yang Bunda ajukan itu semata-mata bukan hanya
sebuah permainan. Tapi ini menyangkut kehidupanmu kelak dimasa
mendatang.

Sang anak melihat mata Bundanya mengerjap sesaat mencoba menghilangkan sisa air mata yang masih menempel di bulu matanya yang lentik.

Bunda : Anakku, bagian terpenting dalam tubuh kita adalah pundak kita.
Anak : Apakah karena dia menopang kepala saya Bunda?
Bunda : Bukan Nak, tapi karena dia menopang kepala teman-temanmu dan orang yang
kamu cintai ketika mereka sedang menangis.
Suatu saat, setiap orang membutuhkan pundak orang lain untuk dapat menopang
kepalanya ketika menangis. Dan Bunda berharap, kamu mempunyai banyak teman
yang bersedia menyodorkan pundaknya ketika kamu membutuhkanya.



Ya! Ternyata bagian terpenting dari hidup adalah kesediaan kita untuk "berbagi dan merasakan" serta tidak menjadi seseorang yang egois. Warna kulit boleh beda, bentuk mata boleh tidak sama, dan keyakinan boleh berseberangan. Tapi, selagi itu masih menggunakan "bahasa" yang sama, maka perbedaan tidak lagi menjadi kendala. Dan "bahasa" itu adalah CINTA.....
Marilah menebarkan virus cinta di Ramadhan kali ini.
Selamat menunaikan Ibadah Puasa, mohon maaf lahir & bathin.
-wie-